Resensi Novel Orang-Orang Biasa karya Andrea Hirata

Kisah Orang-Orang Biasa yang memiliki tekad Luar Biasa


Judul Buku :  Orang-Orang Biasa (Ordinary People)

Pengarang: Andrea Hirata

Penerbit: Bentang Pustaka, 2019

Kota: Yogyakarta

Jumlah halaman: 300 halaman


Andrea Hirata barangkali merupakan seorang penulis yang secara khusus mendedikasikan karya-karyanya untuk pelajar. Hal ini nampak dalam berbagai novel-novelnya di mana setiap kata-kata yang tertulis selalu berorientasi kepada pelajar. Maksudnya, Hirata berhati-hati memilih kata-kata agar karyanya tidak melanggar sopan santun atau hal-hal berbagu vulgar. 

Hal itu juga tampak dalam novel Orang-Orang Biasa. Novel ini mengambil latar tempat di sebuah tempat bernama Belantik. Kota yang begitu tenang, damai dan hampir tidak pernah ada kejahatan. Pada bulan Desember, ketika hujan sering turun dan angin bertiup semilir, dua orang polisi bernama Inspektur Abdul Rojali dan polisi muda bernama Sersan P. Arbi memandang sedih statistik kejahatan. Di sana hanya tertulis 8 kejahatan selama satu tahun.

Inspektur yang sangat terinspirasi dengan Shakhruh Khan merasa hidupnya agak sia-sia karena ia jarang menangkap penjahat. Satu-satunya hal yang sering dilakukan oleh kantor polisi di Belantik hanyalah membuat Surat Keterangan Berkelakuan Baik.

Pada sisi lain, diceritakan sejenak tentang kisah masa lalu dari tokoh-tokoh yang dikenal dengan 10 sekawan antara lain: Handai, Tohirin, Honorun, Sobri, Rusip, Salud, Nihe, Ninah, Junilah dan Debut. Mereka adalah sekelompok orang yang selalu duduk di bangku belakang kelas. Mereka adalah tokoh-tokoh yang selalu membuat frustasi Bu Guru Desi. Terutama Dinah, perutnya akan segera sakit ketika mata pelajaran matematika.

Setelah mereka lulus, nasib buruk tetap enggan pergi dari sisi mereka. Dari segi finansial, tidak ada yang sukses. 

Suasana kota yang damai dikejutkan dengan desas-desus akan ada perampokan di Belantik. Mendengar hal itu, inspektur Rojali segera bergegas mencari informasi ke berbaga penjuru. Sayangnya, tidak ada informasi lanjutan perihal kabar perampokan yang akan terjadi di Belantik. 

Novel ini mengajarkan banyak hal positif kepada generasi muda. Di antaranya, sikap jujur, pantang menyerah, dan rasa kesetiakawanan. Selain itu juga ada kritik terhadap pemerintah dalam berbagai hal, terutama mahalnya pendidikan, yang tidak bisa dijangkau kaum miskin.

Kekurangan buku ini, ada banyak hal yang serba kebetulan yang menyebabkan perampokan bisa berjalan sukses. Selain itu, terlihat hal yang begitu mustahil perihal aksi perampok yang dengan jam terbang kurang tapi berhasil merampok.

Meskipun demikian, sekali lagi ini novel yang sangat baik untuk dibaca para pembaca, terutama generasi muda, yang masih memiliki peluang untuk mengubah arah bangsa ini menjadi lebih baik. 


Salam Literasi

Arif Rahmawan

0 Comments

Posting Komentar