Resensi Buku Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Thohari

Nasib Seorang Ronggeng yang Terseret Zaman




Judul Buku : Ronggeng Dukuh Paruk
Pengarang : Ahmad Tohari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, 2003
Tebal Buku : 397 halaman

Ahmad Tohari merupakan salah satu sastrawan Indonesia yang mampu mendiskripsikan peristiwa maupun suasana dengan sangat detail. Pemilihan kata-kata yang sangat tepat membuat pembaca seakan-akan berada di tempat  maupun situasi yang digambarkan oleh Ahmad Tohari. Hal itu nampak dalam banyak novelnya. Begitupun dalam novel legendarisnya, Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari berhasil menghadirkan suasana berlatar tahun 1946-1965 dengan sangat baik, dan tetap nyaman dibaca pada tahun 2018.

Cerita bermula saat Ahmad Tohari mulai menghipnotis pembaca dengan menghadirkan suasana pedesaan yang khas dan tradisional. Suasana kemarau dihadirkan dengan sangat memukau, kering, gersang, penuh debu dan panas. Dukuh Paruk digambarkan Tohari sebagai sebuah dukuh kecil namun memiliki suasana kekeluargaan yang penuh keakraban antara satu warga dengan warga lainnya. Akan tetapi di balik itu, dukuh kecil yang terpencil itu tergambar kemiskinan dan penderitaan yang memilukan.

Adalah Srintil, seorang anak perempuan yang dalam usia muda sudah diwisuda oleh Ki dan Nyi Sakarya untuk menjadi seorang ronggeng, penari yang selalu tampil memberikan hiburan bagi warga yang menghendaki. Sebelum Srintil menjadi seorang ronggeng, dukuh Paruk pernah memiliki ronggeng. Keberadaan ronggeng menjadi kebanggaan warga dukuh paruk. Dua belas tahun setelah ronggeng sebelumnya meninggal, dukuh Paruk senyap. Ketiadaan ronggeng membuat dukuh Paruk tidak bergairah.

Hingga akhirnya Srintil secara alami menerima indang, yang menjadikan ia seorang ronggeng. Melalui bimbingan Ki dan Nyi Sakarya, nama Srintil menjadi dikenal, tidak hanya di dukuh Paruk, melainkan juga di desa sekitarnya. Sebagai seorang ronggeng, Srintil begitu dikagumi banyak lelaki. Akan tetapi, bagi Srintil ia hanya mencintai sosok lelaki bernama Rasus, yang di kemudian hari menjadi seorang Tentara.

Kisah Srintil tak selalu mulus. Selain kisah cintanya dengan Rasus yang terbilang rumit, ia juga terjebak dengan situasi yang akhirnya mengantarkan ia ke penjara. ia berada dalam situasi yang tidak menguntungkan saat peristiwa 1965 terjadi. Kisah Srintil tak berhenti di situ, ia bahkan tiba pada sebuah hal yang tak tergambarkan dan terbayangkan oleh siapapun.

Novel Ronggeng Dukuh Paruk telah berhasil diterima berbagai kalangan, ini membuktikan bahwa novel ini memang unggul dalam berbagai hal. Tak banyak kekurangan yang bisa ditemukan dalam buku ini, selain mungkin penyesalan bagi pembaca, "mengapa nasib Srintil begitu buruk?'

0 Comments

Posting Komentar