Tiga Tokoh Pahlawan Bangsa Ini Gemar Baca Buku, Siapa Saja Mereka ?



Hari Kemerdekaan yang kita peringati setiap tujuh belas agustus merupakan hari paling bersejarah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Proklamasi menjadi titik balik perjuangan bangsa Indonesia dari negara yang dijajah menjadi negara merdeka.

Kemerdekaan tersebut sejatinya diperjuangkan oleh anak bangsa sesuai dengan posisinya masing-masing. Ada yang berjuang melalui jalur diplomasi, ada yang berjuang dengan angkat senjata dan lain sebagainya.

Sejarah mencatat, bangsa ini telah berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan sejak beratus-ratus tahun yang lalu, namun selalu mengalami kegagalan, bangsa penjajah terus menerus menginjak-injak martabat bangsa Indonesia.

Seiring perjalanan waktu, para putra bangsa mulai memikirkan cara perjuangan lain, yakni melalui diplomasi. Perjuangan diplomasi juta tak kalah melelahkan, para pemimpin bangsa ini harus menyejajarkan cara berpikir mereka dengan penjajah. Saat itulah, tokoh-tokoh bangsa ini giat mengumpulkan bahan-bahan untuk berdiplomasi. Ribuan buku pun mereka baca agar bisa mengusir penjajah.

Tiga tokoh pahlawan bangsa ini, merupakan contoh pahlawan bangsa yang sangat rajin membaca buku.

1.  Dr.(H.C.) Ir. H. Soekarno (6 Juni 1901 - 21 Juni 1970)

( sumber : http://duniasejutawarna.blogspot.com)

Siapa yang belum pernah mendengar nama tersebut ? saya yakin kalian pasti pernah mendengarnya. Beliau adalah proklamator, pemimpin besar revolusi dan pengukir sejarah bangsa ini. Kalian perlu tahu bahwa bung Karno adalah sosok yang sangat gemar membaca buku. Kegemaran Bung Karno tersebut sudah dimulai sejak masih sekolah.

Didorong oleh ego yang meluap-luap untuk bisa bersaing dengan siswa-siswa bule, maka Bung Karno sangat tekun membaca, dan sangat serius dalam belajar. Ketika belajar di HBS- Hoogere Burger School  Surabaya, dari 300 murid yang ada dan hanya 20 murid saja yang pribumi (satu di antaranya adalah Bung Karno) yang sulit menarik simpati teman-teman sekelas. Mereka memandang rendah kepada anak pribumi sebagai anak kampungan. Namun Bung Karno adalah murid yang hebat sehingga satu atau dua guru menaruh rasa simpati padanya. (sumber)

Kebiasaan membaca buku tersebut membuat Bung Karno membaca banyak literasi asing tentang berbagai hal mulai dari politik, pemerintahan, agama dan sebagainya. Semua pemikiran bangsa asing dipelajarinya mulai dari Demokrasi Amerika Serikat dengan tokoh-tokoh semacam Thomas Jefferson hingga segala hal tentang pembaruan Islam dengan tokohnya Jamaludin Al Afghani.

"Aku menyelam sama sekali ke dalam dunia kebatinan ini. Dan disana aku bertemu orang-orang besar. Buah pikiran mereka adalah buah pikiranku. Cita-cita mereaka adalah pendirian dasarku. Secara mental aku berbicara dengan Thomas Jefferson. Aku merasa dekat dan bersahabat dengan dia, karena dia berceritera kepadaku tentang Declaration of Independence yang ditulisnya di tahun 1776. Aku memperbincangkan persoalan George Washington dengan dia……”, (Penyambung Lidah Rakyat)

“Pada waktu muda-mudi yang lain menemukan kasihnya satu sama lain, aku mendekam dengan Das Capital" (Penyambung Lidah Rakyat)
Kegemaran bung Karno membaca buku juga tak surut meskipun beliau di penjara di Sukamiskin atau dibuang di tempat pengasingan.

2. Tan Malaka (2 Juni 1897 - 21 Februari 1949)



Mohammad Yamin menyebut Tan Malaka sebagai bapak Republik Indonesia sebab dialah yang mencetuskan istilah Republik Indonesia untuk pertama kali, bahkan sebelum Bung Karno-Hatta. Perjalanan hidup Tan Malaka, sebagaimana tokoh bangsa lainnya memang selalu takpernah mulus. Dibuang oleh Pemerintah Kolonial, menyebabkan ia harus meninggalkan Indonesia lalu singgah dari satu negara ke negara lainnya. Satu hal yang selalu dibawanya yakni buku.

"Ketika saya menjalankan pembuangan yang pertama, yaitu dari Indonesia, pada 22 Maret 1922, saya cukup diiringi oleh buku, walaupun tiada lebih dari satu peti besar. Disini ada buku-buku agama, Qur’an dan Kitab Suci Kristen, Budhisme, Confusianisme, Darwinisme, perkara ekonomi yang berdasar liberal, sosialistis......"(Madilog)
Mengunjungi toko buku adalah pekerjaan yang tetap dan dengan giat saya jalankan. Nafsu membeli buku baru, lebih-lebih yang berhubungan dengan ekonomi Asia, membikin kantong saya seperti boneka yang tiada berdaya apa-apa. (Madilog)

Sebagaimana Bung Karno yang juga memulai kegemaran membaca buku sejak pelajar, begitupun Tan Malaka, ia juga menggemari membaca buku sejak masih bersekolah agama Islam di Pandan Gadang, Suliki, Sumatera Barat. Dituturkan oleh Kamarudin, adiknya, Tan Malaka bahkan pernah hafal Alquran. (sumber)

“Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi.” (tan Malaka)

3. Dr.(HC) Drs. H. Mohammad Hatta



Bung Hatta merupakan salah satu proklamator yang sangat gemar membaca buku. Hal itu sudah tidak perlu diragukan lagi. Perpustakaan Bung Hatta menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan Bung Hatta menyelami setiap isi buku agar bisa menjadi amunisi untuk melawan penjajah Belanda.

Ada satu bukti lagi bagaimana cintanya bung Hatta terhadap buku. Sosok bertubuh kecil berkacamata yang begitu khas tersebut bahkan memberikan mas kawin berupa buku berjudul Alam Pikiran Yunani kepada calon istrinya, Ibu Rachmi Rachim. Ini bahkan membuat ibunda Bung Hatta agak kurang setuju, namun bagaimana lagi, sang putra memang pencinta buku.

Sampai-sampai beredar anekdot: istri utama Hatta sesungguhnya adalah buku, istri kedua Hatta adalah buku, dan istrinya yang ketiga adalah Rahmi Hatta (Hatta, Jejak yang Melampaui zaman)

Buku yang paling diminati Hatta adalah buku ekonomi, yang koleksinya meliputi buku tentang ekonomi sosialis, komunis hingga kapitalis dari Belanda sampai Cina.

Namun ia juga berminat pada hukum, hubungan internasional, sejarah, biografi, dan sosial.

"Beliau sangat menghormati Mahatma Gandhi. Ada satu rak untuk menyimpan buku-buku khusus tentang Gandhi," tambah Meutia. (sumber)

Perihal kebiasaan membaca buku, lagi-lagi kebiasaan tersebut (sebagaimana Bung Karno dan Tan Malaka) diperoleh Bung Hatta sejak masih bersekolah. Masa-masa sekolah bagi Bung Hatta merupakan masa untuk belajar giat agar bisa menguasai materi dengan baik. Bung Hatta menggemari berbagai macam tema buku mulai dari sastra hingga politik.

Kelak buku-buku tersebut dibawa oleh Bung Hatta ketika dia diasingkan ke Digul. Hampir mirip dengan Tan Malaka, Hatta kemana-mana juga membawa buku, bahkan hingga empat peti.

“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” (Bung Hatta)

0 Comments

Posting Komentar