Di negara Amerika Serikat, rata-rata warganya yang berusia 18 tahun biasa menghabiskan membaca 11-20 buku dalam setahun.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Puan Maharani pernah mengatakan,"Rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit. Sedangkan, jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku."
"Itu berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017," kata Puan.
The World’s Most Literate Nations (WMLN) telah merilis hasil penelitian tentang minat baca negara-negara di dunia. Negara Indonesia berhasil meraih peringkat 60. Sebuah prestasi yang cukup membuat kita tersipu malu.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia membuat kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang menyebabkan minat baca di negara ini begitu rendah?
Mengapa kita malas membaca buku ?
1. Kita merasa belum membutuhkan buku
Hal ini benar adanya, sudah sejak bertahun-tahun yang lalu, masyarakat Indonesia hidup tenteram dan damai di tanah air yang gemah ripah loh jinawi. Saat itu tidak ada buku. Masyarakat tidak butuh buku untuk hidup sehari-hari. Lalu, muncullah pendidikan, ditandai dengan berdirinya gedung-gedung sekolah. Saat itulah anak-anak mulai mengenal huruf, dan mengenal angka. Buku hanya dibaca oleh kelompok pelajar. Sementara itu, kelompok masyarakat lain menganggap buku tidak dibutuhkan, sebab kehidupan sehari-hari tetap berjalan tanpa adanya buku.
2. Lemahnya tradisi membaca buku di keluarga dan masyarakat
Tradisi membaca buku tidak timbul begitu saja di kalangan masyarakat. Para guru boleh saja menyuruh para muridnya membaca buku, namun ketika anak-anak penerus generasi bangsa tersebut tiba di rumah, siapa yang akan mengawasi mereka? Mungkin orangtua. Akan tetapi jika orangtua hanya mengawasi tanpa memberi teladan membaca buku, jangan harap anak-anak tersebut bakal rajin membaca buku.
3. Harga buku yang Mahal
Harga buku memang mahal sebab ada banyak pihak yang terlibat dalam proses penerbitan buku. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah maupun siapa saja yang terlibat dalam proses penerbitan buku untuk menghasilkan buku yang terjangkau oleh tangan masyarakat. Masyarakat saat ini menunggu hadirnya toko buku atau di berbagai pelosok daerah dengan harga yang terjangkau.
4. Kita menganggap bahwa membaca buku menghabiskan waktu.
Anggapan tersebu tidak sepenuhnya salah. Membaca buku memang menyita banyak waktu dalam kehidupan kita. Akan tetapi kita tidak boleh maklum dengan alasan tersebut, terutama bagi kalangan pelajar. Justru pelajar harus menghabiskan waktunya dengan membaca buku, setiap hari, setiap saat karena memang itulah tugas mereka.
5. Kurangnya Peran Pemerintah
Pemerintah merupakan pihak yang memiliki kekuatan untuk mengubah segala sesuatu di negara ini, termasuk mengubah dan menaikkan minat baca masyarat. Pemerintah bisa menerbitkan peraturan yang mendukung dan memaksa masyarakat untuk membaca buku.
6. Terbatasnya jumlah buku
Bukan hanya jumlah buku yang terbatas, melainkan juga jumlah jenis buku. Hal itu menyebabkan kita memiliki pilihan yang terbatas terhadap buku.
6. Terbatasnya jumlah buku
Bukan hanya jumlah buku yang terbatas, melainkan juga jumlah jenis buku. Hal itu menyebabkan kita memiliki pilihan yang terbatas terhadap buku.
sumber :
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/26/14432641/per-hari-rata-rata-orang-indonesia-hanya-baca-buku-kurang-dari-sejam
http://pustakawanjogja.blogspot.com/2016/03/peringkat-negara-literasi-di-dunia-no-1.html
karna saya sudah malas ... hhh
BalasHapusharus rajiiinn ya mas
BalasHapus